Rabu, 25 April 2012

Laporan IUT 2


BAB I
PENDAHULUAN

Pengukuran tanah adalah satu seni paling tua dan yang terpenting dipraktekkan manusia sejak dahulu kala sudah dirasakan perlunya menandai batas-batas dan pemetaan tanah. Pengukuran tanah terus memainkan peran yang sangat penting didalam banyak cabang rekayasa, sebagai contoh pengukuran diperlukan untuk merencanakan, membangun dan memelihara jalan raya, jalan baja sistim perhubuungan cepat bangunan, jembatan, tempat peluncuran proyektil, peluncuran roket dan lain-lain.
Ilmu ukur tanah atau geodesi bertujuan mengukur bagian-bagian dari permukaan bumi, kalau panjang ini tidak melebihi kira-kira 50 Km, maka pekerjaan disebut geodesi rendah. Pada geodesi rendah yang dipentingkan hanya penentuan titik-titik dari tingkat rendah, sehingga titik itu dapat dibayangkan dan dapat digambarkan pada suatu bidang datar yaitu peta.

1.1         Latar Belakang Praktek
Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu geodesi.
Imu geodesi mempunyai 2 maksud :
1.      Maksud ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi
2.      Maksud praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi.
Maksud ini dicapai dengan melakukan pengukuran-pengukuran diatas gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang curam. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar  untuk mendapat hubungan yang mendatar titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapatkan hubungan tegak antara titik-titik yang diukur.
Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang tidak beraturan dan yang emlengkung pula ke bidang peta yang datar, diperlukan bidang perantara yang dipilih sedemikian, hingga pemindahan itu dapat dilakukan dengan semudah-mudahnya.

1.2         Tujuan dan Manfaat Praktek
Adapun tujuan praktek mngeukur tanah adalah :
1.    Menentukan beda tinggi permukaan tanah dengan menggunakan theodolite dan water pass
2.    Membuat garis kontur berupa data dari sebidang tanah
3.    Membuat profil pada suatu poligon untuk menentukan beda tinggi pada permukaan tanah, diantaranya profil memanjang dan profil melintang.
Dalam pelaksanaan praktek Ilmu Ukur Tanah (geodesi) kali ini mahasiswa dituntut untuk dapat mengetahui lebih detail lagi tentang pengukuran tanah dan juga penentuan poligon yang ideal sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan oleh Lembaga Politeknik Negeri Lhoksemawe. Ruang lingkup dalam pelaksanaan praktek ini banyak menitik beratkan pada :
1.    Penentuan Sudut Poligon
2.    Penentuan Sudut Bangunan (Site Plant)
3.    Penentuan Garis Kontur
4.    Penentuan Titik Profil
Adapun manfaat praktek ilmu ukur tanah adalah :
1.    Setiap mahasiswa dapat menggunakan alat theodolit
2.    Mahasiswa juga dapat menghitung jarak optis, beda tinggi, dan Sudut.

1.3         Lokasi Praktek
Lokasi praktek berada dilingkungan Politeknik Negeri Lhokseumawe (bagian belakang) tepatnya dari Laboraturium Teknik Sipil Yang diapit dengan Laboraturium Teknik Mesin sampai depan asrama mahasiswa (melalui sekretariat UKM dan HMJ), yang mempunyai dataran, tanjakan dan turunan yang sangat sempurna sehingga mahasiswa bisa mendapatkan ilmu yang lebih terarah.




BAB II
DASAR TEORI

Secara tradisional tanah telah defenisikan  sebagai ilmu dan seni menentukan  letak nisbi dari titik diatas, dan dibawah permukaan bumi, atau untuk menetapkan titik–titik semacam itu. Tetapi pengertian yang lebih umum, pengukuran  tanah dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi untuk semua metode pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang bumi dan lingkungan fisis, sytem–system teretris konvesional sekarang dilengkapi dengan metode-metode pemetaan udara satelit, yang berkembang secara bertahap melalui program-program pertahanan dan ruang angkasa.

2.1         Theodolite
Theodolite merupakan instrumen ukur tanah yang paling universal. Walaupun kegunaan utamanya adalah untuk pengukuran dan pemasangan sudut horizontal dan vertikal denga teliti, biasanya juga dipakai untuk beraneka ragam tugas misalnya menentukan jarak horizontal dan vertikal secara optis, memperpanjang garis lurus, dan sifatnya datar memanjang orde rendah.
Suatu theodolit umumnya digolongkan menurut cara yang dipakai untuk membaca lingkaran, kegunaannya, dan ketelitiannya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggiih maka theodolit ini banyak mengalami kemajuan dan renovasi yang lebih akurat, sehingga theodolit modern sekarang selain bentuknya yang lebih sederhana pembacanya pun lebih teliti dan cepat.






2.1.1   Jenis-Jenis Theodolit
Secara garis besar theodolit terdiri dari beberapa jenis diantaranya :
a.       Theodolit Kompas (Transit)
b.      Theodolit Repetisi
c.       Theodolit Reiterasi, dan
d.      Theodolit Digital Elektronik

2.1.2   Bagian-Bagian Utama Theodolit
1.    Teropong bidik.
Teropong bidik adalah bagian dari theodolit yang berfungsi untuk membidik bak ukur pada jarak/kejauhan tertentu. Sebagai suatu sifat datar ungkit, maka teropong tidak digabungkan dengan fribracch secara kaku tetapi teropong tersebut disangga oleh suatu pancang putar ditengah-tengahnya.

2.    Lingkaran-lingkaran horizontal dan vertikal.
Lingkaran horizontal dan verikal berfungsi untuk menentukan pembacaan-pembacaan sudut.

3.    Tabung-tabung (nivo).
Nivo tabung utama ditempatkan diatas atau pada sisi dari teropong yang berfungsi untuk memungkinkan tirpod ditegakkan skrup-skrup penegak dipasangkan antara tripod dengan landasan theodolit, gerakan-gerakan skrup kaki membuat gelembung nivo ke tengah atau bisa juga menyetel dengan menggunakan skrup-skrup pada permukaan nivo. Kepekaan tabung nivo tersebut sekitar 2 mm 40 detik sudut.

4.    Landasan theodolite.
Landasan theodolite adalah dasar alat ukur yang datar disekrupkan pada tripod untuk menunjang kaki-kaki sekrup penegak.


5.    Tripod/Statif/Kaki tiga.
Kegunaaan tripod adalah untuk menunjang theodolit. Tripod bersifat teleskopik (mampunyai kaki yang dapat diubah panjangnya sesuai dengan kondisi lapangan yang diinginkan) atau juga tripod dengan kaki yang tatap panjangnya.

6.    Sifat Datar Otomatis.
Dalam alat ukur sifat datar otomatis, garis bidik didatarkan secara otomatis (dalam batasan tertentu) dengan memakai suatu alat kompensator optis yang tergantung seperti suatu bandul yang dislipkan ke dalam berkas dari sinar melalui teropong.

7.    Prinsip Dasar Dari Kompensator
Penempatan instrumen dilapangan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
§   Instrument diletakkan diatas suatu titik yang kan diukur beda tingginya.
§  Instrumen diletakkan diantara dua titik yang dicari beda tingginya dengan membidiknya  ke dua  titik yang diimpitnya.
§   Instrumen diletakkan  diluar titik yang dihitung beda tingginya .


2.1.3   Kegunaan Alat Ukur Tanah
a.   Instrument theodolite
Untuk membaca pengukuran beda tinggi, kontur, dan lain-lainnya.

b.  Tripod (kaki tiga)
Untuk meletakkan theodolite

c.   Unting-unting
Untuk mengukur ketegakan dan keseimbangan alat theodolite terhadap patok.

d.  Bak ukur / rambu ukur
Untuk membaca tinggi rendahnya permukaan tinggi permukaan tanah.

e.    Meter Pengulung (50 m)
Untuk mengukur jarak patok satu dengan yang lainnya.

f.     Jalon
Untuk pengukuran profil baik melintang maupun memanjang sebagai penandaan lebar patok.

g.    Patok
Untuk menandakan titik-titik yang akan diukur.

h.    Palu 5 kg.
Untuk menancapkan patok pada permukaan tanah.

i.      Alat tulis
Untuk menulis data yang akan diperoleh dilapangan.


2.1.4   Bagian-bagian Dari Alat Instrumen Theodelit
Alat instrumen Theodelit terdiri dari:
1.    Bagian bawah ssering disebut tiprak yang berfungsi sebagai landasan Theodelit.
2.    Bagian tengah dari 3 skop oenyetel keseimbangan air nivo baik nivo kotak maupun nivo tabung, nivo kotak sebagai penyimbangan dan kedataran landasan Theodolit dalam pengukuran, skrop pengunci antara landasan Theodolit dengan bagian tengah dan atas Theodolit, skrop penyetel  penggerak halus sudut horizontal, tempat pembacaan sudut horizontal dan vertikal pada Theodolit digital.
3.    Bagian atas terdiri dari skrop pengatur dan pengunci sudut vertikal, skrop penggerak halus sudut vertikal, lensa okuler (lensa obyek) sebagai lensa pembidik dari lensa okuler diteruskan ke lensa objektif melihat benda yang akan diukur, skrop penyetel benang silang dan bayangan.

2.2         Polygon
Prinsip dari polygon theodolit adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang dari gabungan beberapa garis yang bersama sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan dari sudut daerah tertentu. Sudut jurusan dan jarak kemudian digambarkan dengan busur derajat atau dengan system koordinat. Sudut sudut diukur dengan theodolit searah jarum jam dan sudut jurusan dihitung darisudut yang diukur. Jarak mendatar dari setiap gaaris dari polygon  harus diukur kemudian dibandingkan dengan pengukuran sudut, pengukuran jarak biasanya lebih sulit dan untuk mencapai hasil yang baik harus dilakukan pengukuran dengan teliti dan cermat dan diberikan koreksi koreksi untuk mendapatkan jarak mendatar.


2.2.1    Bentuk-Bentuk Polygon
Polygon ini terbagi atas dua macam, yaitu :
1.      Polygon Terbuka
Polygon terbuka adalah kumpulan garis – garis yang mana antara satu garis dengan yang lainnya saling berhubungan namun tidak bertemu antara titik pertama dengan titik yang terakhir. Jarak dari setiap garis dan sudut dari setiap titik diukur.
Pada polygon ini kesalahan dalam pengukurtan sudut maupun jarak tidak dapat dikontrol (diketahui). kontrol  pada polygon ini dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran ulang untuk keseluruhan polygon atau melakukan pengukuran secara arah berlawanan.


2.      Polygon tertutup
Pada polygon ini titik awal dan titik akhir merupkan suatu titik yang sama. Panjang dari garis-garis dan sudut harus diukur, sudut-sudut yang diukur dinyatakan dengan garis tebal adalah sudut luar dari polygon. Pengukuran dilakukan searah jarum jam. Dalam hal ini kita dapat melakukan kontrol dari pengukuran karena jumlah dari sudut luar dari segi banyak haruis sama dengan (2n + 4) x 900 dimana n adalah jumlah titik.

2.3         Profil.
Pengukuran profil adalah pengukuran ketinggian tanah secara mandetail untuk mengetahui  beda tinggi tanah, pada pengukuran ini akan kita dapatkan ketinggian tanah secara jelas yang kemudian dapat digambarkan beda tinggi tanah yang diukur dari ketinggian laut, pada pengukuran ini kita dapat melihat letak perbukitan dam turunan secara jelas sesuai dengan bentuk aslinya. Penguikuran profil juga bertujuan uantuk mengetahui dimana tanah yang harus dipotong dan diman bagian tanah yang harus ditimbun yang berguna untuk mendapatkan permukaan tanah yang datar yang kemudian akan dibangun sebuah kontruksi bangunan.

2.3.1   Bentuk Profil
1.      Profil memanjang.
Profil memanjang bertujuan untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah dalam arah memanjang pada polygon.

2        Profil melintang
Profil melintang untuk mengetahui beda tinggi permukaan tanah dalam arah melintang.
Pada kedua profil ini mempunyai tujuan yang bersamaan, yaitu untuk mengetahui tinggi rendahnya permukaan tanah pada suatu polygon yang diukur dari permukaan laut. Pembuatan profil-profil sangat diperlukan dalam penkerjaan teknik sipil. Semua proyek sipil yang  vital diperlukan data yang akurat mengetahui keadaan tanah dari lokasi-lokasi tersebut, oleh karena itu perlu diadakan pengukuran keadaan tanah untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tersebut instrument digunakan untuk keadaan lapangan. Intrumen terlebih dahulu harus diperiksa  kelengkapannya sehingga data yang diperoleh tidak menyimpang.
Dengan mempelajari dan melakukan praktek  pengukuran tanah (surveying), kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang tersebut. Pengukuran tanah merupakan hal yang penting dalam menentukan posisi tanah, pada pengukuran tentunya banyak masalah baru yang harus dipelajari dan juga diperhatikan, kesalahan-kesalahan dalam pengukuran jarak adalah cara dasar yang  paling  banyak dilakukan dalam pengukuran yang pada dasarnya mnitikberatkan pada pengukuran panjang dan alat-alat yang digunakan menurut ketelitian dalam mengunakannya sehingga memberi hasil yang pasti dan jelas, karena pengukuran yang baik adalah pengukuran yang nilai kesalahannya  kecil.

2.4         Site Plane
Pengukuran site plane adalah pengukuran titik – titik sudut bangunan  yang telah dibangun sebelumnya disekitar lokasi polygon, pengukuran site plant bertujuan untuk mengetahui jarak, sudut dan ketingian bangunan yang diukur dari permukaan laut. Perhitungan site plant dimulai dari titik Bantu yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian dibidik ke sudut-sudut bangunan yang telah ada.
Suatu pengukuran supaya terdapat kesesuaian antara gambar hasil pengukuran dengan kondisi dilapangan tempat lokasi dilakukan pengukuran atau pemetaan, seperti letak/kedudukan bangunan yang telah ada, jalan, pohon-pohon, saluran drainase dan lainnya yang terdapat pada tempat tersebut. Pengukuran Site Plane di perlukan sebagai salah satu pedoman dalam perencaan baik pembangunan baru atau perbaikan dan peningkatan.




BAB III
LANGKAH KERJA

3.1         Penyetelan Alat Ukur Sudut dan Jarak
1.      Tujuan Intruksional Khusus
Memahami cara mengecek/kontrol terhadap akurasi alat ukur sudut dan jarak yang akan digunakan, serta dapat mengetahui suatu alat yang masih dapat digunakan untuk satu pengukuran Topografi dan lain-lain.

2.      Dasar Teori
Suatu alat yang dapat mengukur sudut dan jarak yang akan digunakan harus mempunyai akurasi/ketelitian yang diizinkan. Suatu alat dikategorikan yang mempunyai akurasi dalam arti dapat digunakan bila benang silang tegak lurus terhadap bidang datar, lingkaran sudut putar baikk horizontal maupun vertikal sebesar 360º atau 400gr.

3.      Alat dan Bahan
@ Alat Ukur sudut dan Jarak (Theodolit)
@ Trifot
@ Bak ukur/Leveling Staf
@ Paku 2”
@ Unting-unting
@ Patok Kayu
@ Tabulasi data

4.      Langkah Kerja
a.        Menyetel keseimbangan Air Nivo
ü  Pancangkan patok kayu pada tempat terbuka/lapangan
ü  Berdirikan Tripot/kaki tiga dengan unting-unting pas di paku.
ü  Pasang instrumen/pesawat Theodolit di atas Tripot
ü  Stel air nivo kotak dan nivo tabung berada di tengah-tengah menggunakan skrop penyetel air nivo.


b.        Pengontrolan Benang Horizontal Mendatar
ü  Buat gariskan dengan mistar pada bidang tegak (misanya pada dinding) yang mendatar.
ü  Alat Thedolit dalam keadaan dapat dipergunakan, arahkan benang silang BT pada garis mendatar pada dindng.
ü  Putar lensa objektif dan okuler searah jarum jam dengan menggunakan penggerak halus horizontal, perhatikan benang silang BT apakah berimpit atau tidak dengan garis pada dinding.
ü  Bila benang silang BT berimpit dengan sepanjang garis mendatar pada dinding, menandakan benang horizontal sudah mendatar.
ü  Bila benang silang BT tidak berimpit dengan sepanjang garis mendatar pada dinding, menandakan benang horizontal mendatar.

c.         Pengontrolan Benang Vertikal
ü  Buat gariskan dengan mistar pada bidang tegak (misanya pada dinding) yang mendatar.
ü  Alat Thedolit dalam keadaan dapat dipergunakan, arahkan benang silang BT pada garis mendatar pada dinding.
ü  Gerakkan lensa okuler dan objektif dari atas ke bawah dan amati benang silang vertikal, apakah selalu berimpit sepanjang garis/benang pada dinding atau tidak.
ü  Bila benang silang vertikal berimpit sepanjang garis dinding, menandakan benang silang vertikal telah tegak lurus pada bidang horizontal dan sebaliknya.



5.      Keselamatan Kerja
Dalam setiap pelaksanaan praktek harus selalu menjaga keselamatan kerja baik peralatan maupun diri sendiri, untuk hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan:
ü  Pada saat peminjaman alat, periksa jumlah dan keadaan alat yang dipinjam
ü  Pada waktu penyetelan alat pedomani petunjuk yang telah diberikan secaara tertulis, bila kurang jelas konsultasikan dengan instruktur dilapangan.
ü  Bila tempat penyetelan alat pada tempat terbuka dan udara panas, tempatkan kotak alat pada tempat yang teduh.
ü  Untuk keselamtan mata pada saat penggunakan lensa okuler dan lensa objektif jangan sekali-kali mengarahkan kearah matahari, karena dapat menyebabkan kebutaan mata.


















3.2         Pengukuran Poligon Tertutup
1.      Tujuan Instruksional
Dapat mempergunakan serta mengoperasikan alat ukur theodolit dalam pengukuran sudut, jarak titik polygon tertutup dan dapat menghitung jumlah sudut polygon yang diukur, dapat menghitung jarak dan beda tinggi berdasarkan hasil pengukuran di lapangan.

2.      Dasar Teori 
Polygon tertutup adalah rangkain titik yang mempunyai jarak, diawal pada pertama dan berakhir pada titik semula. Polygon merupakan salah cara pengukuran luas suatu areal, mencari trase jalan baru atau perbaikan dan peningkatan jalan lama, mengukur jaringan irigasi, trase jalur jalan kereta api. Jarak dapat diukur dengan meteran, instrument waterpass, sedang sudut dapat diukur dengan menggunakan instrument Theodolit. Biasanya untuk kepastian pengukuran dilapangan dan menghemat biaya dan mempercepat waktu untuk pengukuran polygon tertutup digunakan instrument Theodolit, hasil dari pengukuran lapangan digambarkan pada bidang kerta dengan skala tertentu.

3.      Peralatan
1.      Theodolit
2.      Trifot/statif
3.      Bak ukur/leveling staf
4.      Payung
5.      Kompas
6.      Alat tulis
7.      Table ukur
8.      Alat-alat tulis ( dibawa sendiri oleh mahasiswa )

4.      Langkah kerja
1.    Penetuan titik-titik polygon tertutup yang akan diukur, terlebih dahulu dilakukan peninjauan kelapangan dimana letak / posisi titik polygon disertai dengan sket lapangan tanpa skala.
2.    Pancangkan patok kayu pada tiap titik polygon berdasarkan sket lapangan, pada daerah datar jarak antara titik + 50 meter, daerah bukit jarak antara titik + 25 meter dan pada daerah pergunungan jarak antara titik < 25 meter atau sesuaikan dengan keadaan permukaan tanah pada daerah bukit dan pergunungan.











         
1





          30 cm







3.    Berikan paku di atas patok yang telah di pancangkan dalam tanah, paku di berikan pada diagonal tengah dari paku






         paku





4.    Berikan cat yang berwarna cerah, missal warna putih, merah, kuning dan biru











5.    Berdirikan alat tripot pada titik 1, tinggi tripot + alat theodolit dari tanah disesuaikan dengan tinggi orang yang akan mengukur sehingga tidak menjongkok atau jingkrak  waktu mengukur. Landasan / permukaan dari tripot diatur rata sebelum di pasang theodolit
6.    Pasang theodolit unting atau melihat lensa centring pas di tengah patok / di atas paku
7.    Dengan menggunakan kompas tentukan arah utara megenetis bumi, stel sudut horizontal pada 0000’ 00”, putar lensa okuler Theodolit arahkan ketitik polygon 2
      U






          2
          1

8.    Stel alat theodolit dengan cara
a.       Arahkan lensa objektip arah kedepan stel kedudukan air nivo dan nivo tabung berada ditengah
b.      Putar lensa objektif searah jarum jam  + 90dan stel kembali kedudukan air nivo
c.       Putar lensa objektif searah jarum jam + 180dan stel kembali kedudukan air nivo
d.      Putar lensa objektif searah jarum jam + 270dan stel kembali kedudukan air nivo
e.       Putar lensa objektif searah jarum jam + 360dan stel kembali kedudukan air nivo
f.       Putar lensa ojektif searah jarum jam  beberapa kali, bila air nivo kotak dan nivo tabung , air masih terletak ditengah , alat theodolit sudah dapat dipergunakan .
9.         Ukur tinggi alat theodolit diatas tanah dan tinggi patok diatas tanah .
10.     Letak  kompas diatas teodolit, bila kompas sudah menuju arah utara , arahkan lensa ojektif searah utara kompas , buat titik bantu (misalnya dengan jalon), kunci sudut horizontal dan baca/catat besar sudut horizontal tersebut.
11.     Putar lensa objektif searah jarum jam ke titik 2 poligon, bak ukur diletak diatas patok baca  dan catat  BA;BT;BB; sudut horizontall (H) dan sudut vertical (V)
12.     Putar lensa ojektif searah jarum jam ke titik 7 poligon, bak ukur diletak diatas   patok baca  dan catat  BA;BT;BB; sudut horizontall (H) dan sudut vertical (V)
13.     Pindahkan alat theodolit ke titik 2 dan stel alat seperti pada titik 1 di poin 2 dan3
14.     Ukur dan catat tinggi alat dan tinggi patok pada titik.
15.     Arahkan lensa objektif ke titik 3 baca dan catat  BA;BT;BB; sudut horizontall (H) dan sudut vertical (V)
16.     Putar lensa objektif searah jarum jam ke titik 1 poligon, bak ukur diletak diatas patok baca  dan catat  BA;BT;BB; sudut horizontall (H) dan sudut vertical (V)
17.     Pindahkan alat theodolit ke titik 3 dan stel alat seperti pada titik 2
18.     Lakukan pengukuran polygon sampai titik terakhir.  
5.      Keselamatan Kerja
F Pelaksanaan praktek dilakukan sesuai petunjuk pada job sheet dan arahan pembimbing
F Periksa peralatan yang akan digunakan, apakah alat tersebut lengkap atau tidak, dan bisa dipergunakan.
F Menggunakan instrument Theodolit kondisi cuaca dalam keadaan cerah, alaat tersebut diberi perlindungan dengan payung
F Dalam kondisi cuaca hujan, pelaksanaan pengukuran dihentikan
F Pada pembacaan angka dalam pengukuran supaya dilakukan dengan teliti, sehingga mendapatkan akurasi data yang tinggi


6.      Pengolahan Data dan Perhitungan
Pengolahan data dan perhitungan hasil dari pegukuran polygon tertutup sampai perhitungan sudut polygon tertutup yaitu. .
@  Perhitungan sudut dalam poligon
@  Perhitungan sudut luar poligon
@  Perhitungan jarak mendatar
@  Perhitungan beda tinggi
@  Perhitungan koordinat











3.3    Pengukuran Poligon Terrbuka Dan Profil Melintang
1.    Tujuan Instruksional
Polygon terbuka merupakan rangkaian hubunagan titik-titik yang mempunyai jarak antara satu dengan yang lainya yang diawali pada titik pertama diakhiri pada yang lain. Pengukuran poligon  terbuka digunakan perencanaan /pembangunan jalan,jaringan irigasi, jalan kereta api dan lainnya. Mahasiswa /i dapat menentukan titik-titik polygon terbuka di lapangan serta dapat meleksanakan pengukurannya sesuai dengan ketentuan–ketentuan untuk itu semua itu.

2.      Peralatan Yang Digunakan
1.    Instrumen theodolit                               1 unit/kelompok
2.      Bak ukur                                              2 unit/kelompok
3.      Kaki tiga                                              1 unit/kelompok
4.      Meteran 50 meter                                1 unit/kelompok
5.      Meteran 5 meteran                              1 unit/kelompok
6.      Payung                                                            1 unit/kelompok
7.      Palu                                                     1 unit/kelompok

3.      Bahan yang digunakan
1.   Patok payung                                        sesuai kebutuhan
2.   Paku 2”                                                 sesuai kebutuhan
3.   Cat warna                                             sesuai kebutuhan
4.    Kuas                                                    sesuai kebutuhan

4.      Alat Bantu Yang Digunakan
1.   Jalon                                                     sesuai kebutuhan
2.   Pinsil                                                     sesuai kebutuhan
3.   Penghapus                                            sesuai kebutuhan
4.   Pengaris                                                sesuai kebutuhan
5.   Alas tulis                                               sesuai kebutuhan
6.   Tabel pencatat                                      sesuai kebutuhan
7.   Kertas                                                   sesuai kebutuhan
8.   Kalkulator                                             sesuai kebutuhan

5.      Langkah Kerja
1.      Tentukan titik polygon yang di ukur dengan memancang patok kayu kedalaman tertentu sehingga patok dapat di cabut , diberikan paku dititik tengah patok kayu dan berikan cat warna cerah dan titik warna titik tidak sama dengan kelompok lain.
2.      Buat sket titik-titik poligon dan situasi disekitar poligon yang akan diukur.
3.      Pasang tripot pada 1, dengan bantuan unting-unting paskan diatas paku , dengan alat kompas cari arah utara (U) berikan tanda dengan jalon
4.      Tripot masih pada titik 1 ada tempatkan theodolit, letakan center pada titik 1 dan stel theodolit sesuai ketentuan sama , sampai bisa dipergunakan.
5.      Arah lensa objektif kearah utara yang telah ditentukan baca dan catat besar sudut horizontal (H)
6.        Ukur dan catat tinggi alat dan tinggi patok

       U
                                                  2                    3
                1
7.      Putar lensa searah jarum jam arah ketitikan 1, Baca dan catat Sudut Horizontal(H) ; Sudut Vertikal(V); BA; BT; Dan BB.
8.      Pindah alat ketitik 2 sel alat sampai dapat dipergunakan
9.      Ukur dan catat tinggi alatdan tinggi patok 2
10.  Arahkan lensa ketitik 2, Baca dan catat Sudut Horizontal (H); Sudut Vertikal(V); BA; BT; Dan BB.
11.  Alat masih pada titik 2, putar lensa okuler arah ketitik 3, baca dan catat Sudut Horizontal (H); Sudut Vertikal(V); BA; BT; Dan BB.
12.  Lakukan pengukuran selanjutnya seperti pada titik sampai titik terakhir
13.  Lakukan pada titik terakhir  mis titik 7, ukur dari arah utara




                     6
 

5                                                                7

3.4    Pengukuran Profil Melintang
1.   Tentukan dan sket titik-titik profil yang akan diukur pada titik polygon terbuka dari titik 1 sampai titik 7
2.   Titik-titik profil dengan membuat garis lurus menggunakan jalon

          2                                                                     3




a6                    
       a5                                    1
                a4
              a3
              a2
                                                                a1

3.      Tempatkan Theodolit pada titik 1 dan stel sampai dapat dipergunakan, ukur tinggi alat Theodolit
4.      Arahkan lensa okuler ke titik 2, baca dan catat BA : BT : BB : sudut horizontal ( H ) dan sudut vertical ( V )
5.      Putar lensa okuler searah jarum jam arahkan ke titik a1, baca dan catat BA : BT : BB : sudut horizontal ( H ) dan sudut vertical ( V )
6.      Lakukan pada titik a2, dan a3, merupakan garis lurus dengan a1
7.      Putar sudut okuler 180o sehingga a1 sampai dengan a6 merupakan garis lurus
8.      Lakukan pengukuran dan pembacaan seperti pada a1
9.      Lanjutkan pengukuran profil memanjang sampai titik polygon terbuka yang terakhir




BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN HASIL

4.1.       Tujuan Intruksional
Hasil dari pengukuran dari topic 1 sampai topic 6, dilanjutkan dengan pengolahan data berdasarkan ketentuan-ketentuan untuk itu. Kegunaannya dapat mengetahui cara pengolahan data hasil pengukuran lapangan, sehingga penggambarannya terdapat kesesuaian dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

4.2.       Dasar Teori
Teori-teori yang digunakan untuk pengolahan dan perhitungan yang berkaitan dengan pengukuran polygon tertutup, perhitungan tersebut adalah
a.    Perhitungan sudut polygon yang di ukur baik sudut dalam maupun sudut luar polygon yang diukur
b.    Perhitungan jarak horizontal
c.    Perhitungan beda tinggi
d.   Perhitungan koordinat polygon


4.2.1.      Poligon Tertutup
Polygon tertutup merupakan hubungan titik-titik yang membentuk sudut dan mempunyai jarak di awali pada pertama dan diakhiri pada titik semula. Pengukuran polygon dengan mengukur sudut dalam dan pengukuran sudut luar.
a.       AZ1-2 adalah sudut azimuth/ sudut jururan titik 1 ketitik 2, besarnya AZ1-2 = bacaan sudut horizontal pada titik 2 dikurangi bacaan sudut horizontal pada arah utara (H2-HU)
b.      Β1 adalah sudut yang dibentuk oleh garis 1-2 dengan garis 1-8, besarnya   β = H8 – H2
c.       Jumlah sudut dalam yang diukur adalah :
∑β = ( 2n – 4 )* 90
n = jumlah titik polygon yang diukur,
titik polygon 11 titik maka ;
∑β = ( 2n – 4 )* 90
      = ( 2*11 – 4 )* 90
      = ( 22– 4 ) * 90
      = 18*90
      = 1620
Jumlah sudut hasil pengukuran
β 1           = 8833’50”
β 2           = 13444’10”
β 3           = 15707’23”
β 4           = 7911’22”
β 5           = 11407’30”
β 6           = 16927’32”
β 7           = 14744’27”
β 8           = 17725’48”
β9            = 15014’05 ”
β10        = 14946’02 ”
β11        = 13623’49 ”
β12        = 11548’51 ”
∑β      = 162034’49”   
Kelebihan sudut polygon = 162014’41” - 1620 = 034’49”
Maka koreksi masing-masing sudut ∑β =     = 03’9,91”
4.2.2.      Poligon Terbuka
Poligon terbuka hubungan titik-titik yang membentuk sudut dan mempunyai jarak, diawali pada titik pertama dan berakhir pada titik yang lain. Perhitungan poligon terbuka prinsipnya sama dengan poligon tertutup, kecuali kontrol terhadap sudut poligon yang diukur, yaitu perpedoman sudut azimut.
d.      AZ1-2 adalah sudut azimuth/ sudut jururan titik 1 ketitik 2, besarnya AZ1-2 = bacaan sudut horizontal pada titik 2 dikurangi bacaan sudut horizontal pada arah utara (H2-HU)
e.       Β1 adalah sudut yang dibentuk oleh garis 1-2 dengan garis 1-8, besarnya   β = H8 – H2
f.       Jumlah sudut titik polygon Pada Poligon terbuka adalah ;
ak - aw = ∑ β – n.180 +fβ
fβ = (ak - aw) – (∑ β – n.180)
Jumlah sudut hasil pengukuran
β 1           = 9817’13”
β 2           = 15207’23”
β 3           = 7911’22”
β 4           = 11407’30”
β 5           = 16027’32”
β 6           = 14744’27”
β 7           = 17125’48”
β 8           = 3127’28”
∑β       = 95448’43”    
fβ = (ak - aw) – (∑ β – n.180)
fβ = (3127’28” - 9817’13”) – (95448’43” – 8 x 180)
    = 41821’32”            
ak - aw = ∑ β – n.180 +fβ
(3127’28” - 9817’13”) = (95448’43” – 8 x 180) +41821’32”
-6649’45” = -6649’45” (ok)
Perhitungan poligon terbuka lebih lanjut dihitung dengan system tabel pada lampiran table perhitungan sudut poligon terbuka.

4.2.3.      Pengukuran Jarak horizontal
Misal: Untuk bidikan dari Titik 1 ke titik 2
            BA  = 2,068                            Ta = 1,45 m
            BT   = 1,843                            Tp = 0,23 m
            BB   = 1,618                                      
             V    =  8939'05"
Ø   Menghitung jarak ( dm )
    Dm = ( BA – BB ) x 100
           = ( 2,068 – 1,618 ) x 100
           = 45 meter
Ø   Jarak optis
      Dp = (BA-BB) x 100 sin2 sudut vertical
 = ( 2,068 – 1,618 ) x 100 Sin2 8939'05"
                             = 44,99 m



4.2.4.      Perhitungan Beda Tinggi Dan Elevasi
Misal: Untuk bidikan dari Titik 1 ke titik 2
            BA  = 2,068                            Ta = 1,45 m
            BT   = 1,843                            Tp = 0,23 m
            BB   = 1,618                                      
             V    =  8939'05"
Ø Menghitung Beda Tinggi Instrument
Rumus =(BA-BB) x 100 x ½ sin 2 sudut vertical + (Ta-Tp-BT)
      =(2,068–1,618)x100x1/2 sin2(8939'05")+(1,45-0,23-1,843)
      = -0,35 m
Ø Menghitung Elevasi
                        Elevasi BM                             = 12 m
                        Beda tinggi patok 1 ke BM    = -0,306
                        Elevasi patok 1                        = 11,694 m
                        Beda tinggi patok 1 ke 2         = 0,653 m
                        Elevasi patok 2                        = 11,694 + 0,653 = 12,347 ms
4.2.5.      Perhitungan Koordinat
Perhitungan koordinat polygon dilakukan pada titik-titik yang belum mempunyai koordinat. Koordinat pada setiap titik dapat ditentukan dengan menggunakan alat GPS, dengan data hasil ukuran sudut dapat juga hitungan koordinat titik-titik polygon dengan menggethui titik polygon. Selain dengan alat GPS nilai koordinat pada titik poligon dapat menstransper titik tetap pada lokasi pengukuran dengan menggunakan alat ukur sudut dan jarak. Perhitungan koordinat lebih lanjut dihitung dengan system tabel pada lampiran tabel perhitungan koordinat polygon.