ANALISA PARAMETER MARSHALL ASPAL BETON AC-WC
DENGAN MENGGUNAKAN
CAMPURAN
RETONA
BLEND 55
DAN ASPAL PEN 60/70
Hasliani
ABSTRAK
Pertumbuhan
volume lalu lintas yang meningkat memberikan dampak terhadap permintaan akan
pembangunan struktur perkerasan jalan dan penggunaan material yang digunakan.
Untuk menghasilkan konstruksi jalan yang baik, maka diperlukan material
pembentuk jalan yang mempunyai mutu yang tinggi. Ada beberapa produk aspal yang
dapat digunakan untuk perkerasan jalan, salah satunya dengan menggunakan retona (refine buton asphalt) yang telah
tersedia di pasaran. Retona blend 55
adalah perpaduan antara aspal keras dengan asbuton semi ekstraksi (refinery
buton asphalt), bahan modifier alami. Penelitian laboratorium
dilakukan untuk menganalisa parameter marshall
retona blend 55 dan aspal pen 60/70. Pemeriksaan
yang dilakukan mengikuti prosedur pemeriksaan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan berdasarkan spesifikasi umum 2010. Pengujian dilakukan
dengan metoda pengujian marshall yang
menjadi dasar perhitungan nilai stabilitas dan flow campuran beton aspal AC-WC dengan Pb 5,5%. Pada uji marshall menghasilkan nilai VIM, VMA,
VFB, Stabilitas, flow dan marshall quentient, dari nilai-nilai
tersebut diperoleh kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum dengan menggunakan retona blend 55 sebesar 6,45%
menghasilkan density 2,44 gr/cm3,
VIM sebesar 5%, VMA sebesar 15,49%, VFB sebesar 67,79%, stabilitas sebesar
1155,91 kg, flow sebesar 2,93 mm, dan
marshall quentient sebesar 397,21
kg/mm, sedangkan kadar aspal optimum dengan menggunakan aspal pen 60/70
diperoleh 6,15% menghasilkan density 2.41
gr/cm3, VIM sebesar 7.10%, VMA sebesar 17,94%, VFB sebesar 60,50%,
stabilitas sebesar 1040,15kg, flow sebesar 3,98 mm, dan marshall quentient sebesar 266,41 kg/mm.
Kata Kunci : Parameter
Marshall, Retona Blend 55, Aspal Pen 60/70.
ABSTRACT
There are several products that
can be used for
asphalt pavement, one using retona (refine
buton asphalt) that
have been available on the market.
Retona blend 55 is
a blend of hard asphalt
with semi Asbuton
extraction (Refinery Buton asphalt), a
natural modifier material.
This study conducted to analyze the parameters marshall
retona blend 55
and asphalt pen 60/70. Tests carried out following the inspection procedure in
accordance with the standards established
by the 2010 general specifications. Testing are done by marshall test method
on which to base the calculation of the value of
stability and flow mix asphalt concrete AC-WC with Pb 5.5%. . Based on Marshall test result
values VIM, VMA, VFB, stability, flow and marshall quentient, from the values
obtained optimum bitumen content. The optimum bitumen content using retona blend 55 of
mix 6,45% result density
2.44 gr/cm3, VIM 5%, VMA 15.49%, VFB 67.79%, stability
1155,91 kg, flow 2.93 mm, and marshall quentient
amounted to 397.21 kg / mm. While
the optimum bitumen content using asphalt pen 60/70 obtained
the optimum bitumen content 6,15%
result density 2,41gr/cm3, VIM 7.10%, VMA 17,94%,
VFB 60,50%, stability 1040,15 kg, flow 3,98
mm , and marshall quentient 266,41 kg/ mm.
Keywords: Parameter marshall,
Retona blend 55, Asphalt
pen 60/70.
PENDAHULUAN
Prasarana transportasi merupakan
salah satu unsur pengembangan wilayah yang sangat diperlukan demi kelancaran
akses sarana yang ada pada suatu wilayah. Pertumbuhan volume lalu lintas yang
meningkat memberikan dampak terhadap permintaan akan pembangunan struktur
perkerasan jalan dan penggunaan material yang digunakan. Struktur jalan yang
mengalami kerusakan biasanya disebabkan oleh pengaruh beban lalu lintas
kendaraan yang berlebihan (over loading), temperatur (cuaca), air, dan
konstruksi perkerasan yang kurang memenuhi persyaratan teknis. Untuk
menghasilkan konstruksi jalan yang baik, maka diperlukan material pembentuk
jalan yang mempunyai mutu yang tinggi.
Analisa parameter marshall yang meliputi kepadatan, voids in mix, voids in the mineral agregatte, voids filled by bitumen, stabilitas, flow dan marshall quentient. Campuran yang digunakan untuk mengetahui
parameter marshall adalah campuran
Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC) yang menggunakan dua jenis aspal yang berbeda,
yaitu retona blend 55 dan aspal Pen
60/70.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui parameter marshall aspal
beton AC-WC (Asphalt Concrete Wearing
Course) dengan campuran retona blend
55 dan aspal pen 60/70 dan untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum yang
memenuhi parameter marshall antara
lain stabilitas, kelelehan plastis (flow),
VIM, VMA, VFB, dan hasil bagi marshall
(Marshall Quontient) dari campuran
aspal beton AC-WC (Asphalt Concrete
Wearing Course) pada campuran retona
blend 55 dan aspal pen 60/70.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lapisan
Aspal Beton (Laston)
Nopiyanto (2011), Lapisan aspal beton
adalah suatu lapisan beraspal pada konstruksi jalan raya yang terdiri dari
agregat, aspal, dan bahan pengisi (filler) dengan suatu gradasi menerus
kemudian dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas sehingga
menghasilkan campuran dengan daya ikat yang kuat. Sesuai fungsinya pada
konstruksi perkerasan jalan, laston dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu lapis
pondasi AC-Base, lapis antara AC-BC (Asphalt Concrete-Binder
Course) dan lapis aus AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course).
Agregat
Sukirman
(2003), Agregat secara umum didefinisikan sebagai formasi kulit bumi yang keras
dan padat. ASTM mendefinisikan bahwa
agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral, berupa masa yang
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen
utama dari lapisan perkerasan jalan dimana perkerasan jalan mengandung 90%-95%
agregat berdasarkan persentase berat, 75%-85% agregat berdasarkan persentase
volume.
Sifat
dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas
karena dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban di
atasnya dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Kualitas suatu agregat
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dikandungnya. Persyaratan agregat untuk
AC-WC seperti pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Persyaratan Sifat-sifat Fisis Agregat
No
|
Sifat-sifat fisis
agregat
|
Syarat
|
Metode
|
1
|
Berat jenis agregat
|
≥
2,50
|
SNI 1969-2008
|
2
|
Penyerapan agregat
|
<
3 %
|
SNI 1969-2008
|
3
|
Berat isi agregat
|
> 1 kg / dm3
|
AASHTO T-19-74 ASTM D 29-71
|
4
|
Kelekatan agregat
terhadap aspal
|
≥
95 % luas
|
SNI
03-2439-1991
|
5
|
Keausan agregat
|
<
40 % berat
|
SNI
03-2417-1991
|
Sumber
: Spesifikasi Umum
Tahun 2010 , Divisi 6 Perkerasan Aspal, Seksi 6.3.3
Gradasi Agregat
Sukirman (2003) mendefinisikan
“gradasi agregat secara umum adalah susunan butiran agregat sesuai ukuran.”
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya
rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses
pelaksanaan. Gradasi agregat dapat dibedakan atas gradasi seragam (uniform graded), gradasi rapat (dense graded), dan gradasi jelek (poorly graded).
Pencampuran
fraksi agregat
Sukirman
(2003), Fraksi agregat adalah kelompok agregat yang tersedia dilapangan.
Berdasarkan ukuran dominan dari kelompok agregat yang tersedia, agregat dapat
dikelompokkan menjadi fraksi agregat kasar, fraksi agregat halus, dan fraksi abu batu. Jika terdapat lebih dari
tiga kelompok agregat yang akan dicampur, maka dapat ditambahkan dengan fraksi
agregat sedang.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa fraksi
agregat kasar digambarkan sebagai agregat A, fraksi agregat halus sebagai agregat
B dan fraksi abu batu sebagai agregat C. Setiap fraksi agregat mempunyai
gradasi yang dapat diketahui dari hasil pengujian analisis saringan.
|
Gambar 1 Fraksi Agregat Kasar
Sumber : Sukirman
(2003)
Aspal
Sukirman (2003), Aspal adalah material
yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat
termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur
tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,
aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal
dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran,
atau 10-15% berdasarkan volume campuran.
Penggolongan
aspal
a.
Aspal
minyak
Aspal
minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak
bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang banyak mengandung
parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara
parafin dan aspal.
Spesifikasi
atau persyaratan aspal yang di gunakan untuk campuran aspal beton di
perlihatkan sebagai berikut:
Tabel 2 Spesifikasi
atau persyaratan aspal
No
|
Jenis Pengujian
|
Metoda Pengujian
|
Spesifikasi 2010
|
1
|
Penetrasi pada 250C
|
SNI 06-2456-1991
|
60-70
|
2
|
Berat Jenis
|
SNI-06-2441-1991
|
≥1,0
|
3
|
Titik Lembek (0C)
|
SNI 06-2434-1991
|
> 480C
|
4
|
Kelekatan agregat terhadap aspal
|
SNI
03-2439-1991
|
> 95% luas
|
Sumber
: Spesifikasi Umum
Tahun 2010 , Divisi 6 Perkerasan Aspal, Seksi 6.3.2
b.
Aspal
alam
Aspal alam adalah aspal yang didapat di
suatu tempat di alam, dan dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan
sedikit pengolahan. Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti
aspal di Pulau Buton yang disebut dengan Asbuton. Asbuton merupakan batu yang
mengandung aspal. Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material yang
ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka asbuton
mulai diproduksi dalam berbagai bentuk di pabrik pengolahan asbuton. Pada
penelitian ini aspal alam yang digunakan adalah retona blend 55.
c.
Retona (Refinery Buton Asphalt)
Retona merupakan nama produk ekstraksi
batuan aspal dari Pulau Buton, melalui hasil pengembangan teknologi yang
dilakukan oleh Bagian Penelitian dan Pengembangan sebuah perusahaan swasta di
Indonesia (PT Olah Bumi Mandiri, 2001). Teknologi Retona telah mengubah kesan
buruk aspal alam yang berasal dari Pulau Buton (Aspal Buton), melalui
keunggulan karakteristik dan kinerja yang telah dihasilkan di beberapa proyek
konstruksi perkerasan jalan. Kualitas Retona yang baik telah dapat meningkatkan
pelayanan konstruksi perkerasan terhadap beban lalu lintas menengah hingga
berat di beberapa proyek di Indonesia. (Pengaruh retona terhadap karakteristik
aspal keras dan beton aspal campuran panas).
Retona
Blend 55 yang digunakan untuk bahan penyusun konstruksi
perkerasan jalan harus memenuhi syarat seperti pada Tabel 2.7 berikut ini.
Tabel 3 Karakteristik Retona blend 55
No
|
Jenis Pengujian
|
Metoda Pengujian
|
Karakteristik Retona
|
1
|
Penetrasi pada 250C
|
SNI 06-2456-1991
|
40-55
|
2
|
Berat Jenis
|
SNI-06-2441-1991
|
≥1,0
|
3
|
Titik Lembek (0C)
|
SNI 06-2434-1991
|
> 55
|
4
|
Kelekatan agregat terhadap retona %
|
SNI
03-2439-1991
|
> 95
|
METODOLOGI
PENELITIAN
Proses
pengambilan data penelitian terdiri dari dua jenis yaitu:
Data
Primer
Data
primer diperoleh dari hasil pengamatan pengujian laboratorium di laboratorium aspal Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe. Pengujian tersebut
meliputi sifat-sifat fisis retona blend
55 dan aspal Pen 60/70, serta
pengujian karakteristik campuran aspal beton AC-WC dengan percobaan marshall.
Data
Sekunder
Sedangkan
data sekunder merupakan data pendukung data primer yang diperlukan dalam
penelitian. Berupa daftar spesifikasi campuran, petunjuk praktis penggunaan retona blend 55 dalam campuran aspal, angka kalibrasi alat. Data sekunder
dapat diperoleh dari studi literatur dan instansi terkait.
Metode Pengumpulan Data
Pemeriksaan bahan meliputi pemeriksaan agregat, retona blend 55 dan aspal pen 60/70.
Pemeriksaan yang dilakukan mengikuti prosedur pemeriksaan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan berdasarkan spesifikasi umum 2010.
Perencanaan campuran agregat dan retona blend 55 serta dengan aspal pen 60/70
Benda uji Marshall berbentuk
silinder berdiameter 10 cm dan tinggi rencana 6,5 cm. Pembuatan benda uji harus
sesuai dengan rancangan proporsi agregat masing-masing tiga (3) buah benda uji
dengan 5 variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%. Benda
uji ini dibuat untuk mendapatkan kadar aspal optimum. Kadar aspal yang dipilih
haruslah sedemikian rupa, sehingga dua kadar aspal kurang dari nilai kadar
aspal tengah, dan dua kadar aspal lebih besar dari kadar aspal tengah. Pada
penelitian ini diperoleh nilai Pb 5,5%. Pemukulan dilakukan sebanyak 2 x 75 pukulan untuk lalu lintas berat dengan
menggunakan alat pemadat dengan berat
4,54 kg dan tinggi jatuh 45,7 cm.
Rancangan benda uji untuk campuran agregat dan retona blend 55 dan agregat dengan aspal
pen 60/70, harus sesuai dengan
variasi kadar aspal yang akan dicampur. sehingga jumlah benda uji awal
keseluruhannya adalah 30 buah. Setelah kadar aspal optimum diperoleh,
selanjutnya dibuat benda uji 3 buah untuk mengetahui nilai parameter Marshall pada kadar aspal optimum,
sehingga jumlah benda uji pada kadar aspal optimum kseseluruhannya adalah 6
buah.
Rancangan benda uji dapat dilihat pada Tabel 4 dan
rancangan benda uji untuk KAO pada Tabel 5 dibawah ini
Tabel 4 Rancangan Benda Uji
No.
|
Kadar
Aspal
(%)
|
Jumlah
Tumbukan
|
Berat Agregat
(gr)
|
Jumlah Benda Uji Campuran retona blend 55
|
Jumlah
Benda Uji Campuran aspal pen 60/70
|
1.
|
5.5 – 1
|
2 x 75
|
1100
|
3
|
3
|
2.
|
5.5 - 0.5
|
2 x 75
|
1100
|
3
|
3
|
3.
|
5.5
|
2 x 75
|
1100
|
3
|
3
|
4.
|
5.5 + 0.5
|
2 x 75
|
1100
|
3
|
3
|
5.
|
5.5 + 1
|
2 x 75
|
1100
|
3
|
3
|
Total benda Uji
|
15
|
15
|
Tabel 5 Rancangan Benda Uji Untuk Kadar Aspal Optimum
No.
|
Kadar
Aspal
(%)
|
Jumlah
Tumbukan
|
Berat Agregat
(gr)
|
Jumlah Benda Uji Campuran retona blend 55
|
Jumlah
Benda Uji Campuran aspal pen 60/70
|
1.
|
Kadar Aspal
Optimum
|
2 x 75
|
1100
|
3
|
3
|
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian di laboraturium meliputi data hasil
pemeriksaan gradasi agregat, sifat-sifat fisis agregat, hasil sifat-sifat fisis
aspal, hasil pemeriksaan Marshall dan
hasil penentuan kadar aspal optimum.
Hasil pemeriksaan sifat-sifat
fisis agregat
Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat meliputi
pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus dan kasar, kelekatan
agregat terhadap aspal, serta keausan. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat
diperlihatkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat fisis agregat
No
|
Sifat-sifat fisis
agregat
|
Syarat
Spesifikasi Umum 2010
|
Hasil
|
1
|
Berat jenis agregat
kasar
|
≥
2,50
|
2,61
|
2
|
Berat jenis agregat
halus
|
≥
2,50
|
2,51
|
3
|
Penyerapan agregat
kasar
|
<
3 % berat
|
2.16
|
4
|
Penyerapan agregat halus
|
<
3 % berat
|
4.78
|
5
|
Kelekatan agregat
terhadap Retona
|
≥
95 % luas
|
98,88
% Luas
|
6
|
Kelekatan agregat terhadap aspal
|
> 95 % luas
|
98,75 % Luas
|
7
|
Keausan agregat
|
<
40 % berat
|
34,19
% Berat
|
Material yang digunakan perlu adanya syarat-syarat dari
lengkung Fuller, pendekatan dilakukan
dengan pengurangan dan penambahan pada proporsi yang berimbang baik di split,
screen, abu batu, filler untuk
agregat gabungan dengan trial of error sesuai
dengan spesifikasi yang diisyaratkan. Hasil pemeriksaan gradasi dan penentuan
proporsi campuran agregat diperlihatkan pada gambar 2 berikut
ini:
Gambar 2 Grafik
proporsi campuran agregat
Hasil
pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal
a.
Retona Blend 55
Pemeriksaan
sifat-sifat fisis aspal meliputi pemeriksaan berat jenis retona blend 55, penetrasi, titik lembek retona blend 55, kelekatan retona
terhadap agregat dan Berat jenis campuran sebelum dipadatkan. Hasil pemeriksaan
sifat-sifat fisis aspal secara keseluruhan diperlihatkan pada Tabel 7 sebagai
berikut:
Tabel 7 Hasil
Pemeriksaan sifat-sifat fisis retona
blend 55
Sifat-sifat Fisis Aspal
|
Syarat Spesifikasi retona
|
Hasil
|
|
1
|
Berat Jenis Retona blend 55
|
> 1,00
|
1,023
|
2
|
Penetrasi 25⁰C
|
40 – 55
|
51.70
|
3
|
Titik Lembek
|
≥ 55⁰C
|
62,50 ⁰ C
|
4.
|
Kelekatan Agregat terhadap
retona
blend 55
|
> 95 % luas
|
98,88
|
5.
|
Berat Jenis Campuran
sebelum dipadatkan (Gmm)
|
-
|
2,439
|
b.
Aspal
Pen 60/70
Pemeriksaan
sifat-sifat fisis aspal meliputi pemeriksaan berat jenis aspal, penetrasi,
titik lembek aspal, kelekatan aspal terhadap agregat dan Berat jenis campuran
sebelum dipadatkan. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal secara keseluruhan
diperlihatkan pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8 Hasil
Pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal pen 60/70
No
|
Sifat-sifat Fisis
Aspal
|
Spesifikasi
2010
|
Hasil
|
1
|
Berat Jenis Aspal
|
> 1,00
|
1,014
|
2
|
Penetrasi 25⁰C
|
60-70
|
65,80
|
3
|
Titik Lembek
|
≥ 48⁰C
|
51,50 ⁰C
|
4.
|
Kelekatan agregat terhadap aspal
|
> 95 % luas
|
98,75
|
5.
|
Berat Jenis Campuran sebelum dipadatkan (Gmm)
|
-
|
2,414
|
Hasil
percobaan marshall untuk benda uji 2
× 75 tumbukan pada laston AC-WC menggunakan retona
blend 55 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9 Hasil pengujian
Marshall pada Variasi Kadar retona dengan Pb = 5,5%
No
|
Parameter Marshall
|
Variasi Kadar Aspal 4,5% - 6.5%
|
Spek 2010
|
||||
4.50%
|
5.00%
|
5.00%
|
6.00%
|
6.50%
|
|||
1
|
Stablitas (kg)
|
1186.12
|
1166.85
|
1146.85
|
1139.74
|
1131.44
|
> 1000
|
2
|
Flow (mm)
|
2.32
|
2.80
|
3.02
|
3.47
|
3.37
|
> 3
|
3
|
VIM (%)
|
10.67
|
8.69
|
7.84
|
6.34
|
5.09
|
3.5-5.5
|
4
|
VFB (%)
|
40.21
|
48.85
|
53.26
|
62.37
|
69.59
|
> 65
|
5
|
Density (gr/cm³)
|
2.47
|
2.45
|
2.44
|
2.42
|
2.41
|
-
|
6
|
VMA (%)
|
17.84
|
16.99
|
16.74
|
16.80
|
16.66
|
>15
|
7
|
MQ (KN/mm)
|
530.87
|
467.98
|
386.30
|
332.83
|
369.57
|
> 300
|
Sedangkan
hasil percobaan marshall untuk benda
uji 2 × 75 tumbukan pada laston AC-WC menggunakan aspal pen 60/70 dapat dilihat
pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10 Hasil pengujian
Marshall pada Variasi Kadar aspal
dengan Pb = 5.5%
No
|
Parameter Marshall
|
Variasi Kadar Aspal 4,5% - 6.5%
|
Spek 2010
|
||||
4.50%
|
5.00%
|
5.00%
|
6.00%
|
6.50%
|
|||
1
|
Stablitas (kg)
|
1039.61
|
1407.13
|
1509.17
|
1490.22
|
1269.28
|
> 800
|
2
|
Flow (mm)
|
3.38
|
3.80
|
3.93
|
3.90
|
3.45
|
> 3
|
3
|
VIM (%)
|
8.75
|
7.14
|
5.64
|
4.71
|
3.80
|
3.5-5.0
|
4
|
VFB (%)
|
48.02
|
56.43
|
65.05
|
71.25
|
77.23
|
> 65
|
5
|
Density (gr/cm³)
|
2.45
|
2.43
|
2.41
|
2.40
|
2.38
|
-
|
6
|
VMA (%)
|
16.76
|
16.35
|
16.07
|
16.30
|
16.56
|
>15
|
7
|
MQ (KN/mm)
|
327.80
|
371.66
|
383.95
|
384.42
|
415.82
|
> 250
|
Dari
hasil pengujian Marshall
menunjukkan bahwa campuran aspal beton pada kadar aspal optimum dengan menggunakan
retona blend 55 yang dihasilkan yaitu sebesar 6,45%, sedangkan pada
campuran aspal beton pada kadar aspal optimum dengan menggunakan aspal pen
60/70 yang dihasilkan yaitu sebesar 6,15%. Dapat dilihat pada Tabel 11 dan
Tabel 12 berikut ini
Tabel
11 Hasil pengujian Marshall pada
kadar aspal optimum 6.45% dengan retona
blend 55
No
|
Parameter Marshall
|
Kadar Aspal Optimum 6.45%
|
Syarat Spesifikasi
|
2010
|
|||
1
|
Stablitas (kg)
|
1155.91
|
>1000
|
2
|
Flow (mm)
|
2.93
|
>3
|
3
|
VIM (%)
|
5.00
|
3.5-5.5
|
4
|
VFB (%)
|
67.69
|
>65
|
5
|
Density (gr/cm³)
|
2.44
|
-
|
6
|
VMA (%)
|
15.49
|
>15
|
7
|
MQ (KN/mm)
|
397.21
|
>300
|
Tabel
12 Hasil pengujian Marshall pada
kadar aspal optimum 6.15% dengan aspal pen 60/70
No
|
Parameter Marshall
|
Kadar aspal Optimum 6.15%
|
Syarat Spesifikasi
|
2010
|
|||
1
|
Stablitas (kg)
|
1075.22
|
>800
|
2
|
Flow (mm)
|
3.98
|
>3
|
3
|
VIM (%)
|
6.66
|
3.5-5.0
|
4
|
VFB (%)
|
62.50
|
>65
|
5
|
Density (gr/cm³)
|
2.41
|
-
|
6
|
VMA (%)
|
17.55
|
>15
|
7
|
MQ (KN/mm)
|
276.26
|
>250
|
Dari hasil nilai parameter Marshall pada kadar aspal optimum untuk campuran aspal beton
menggunakan retona blend 55 dan campuran
aspal pen 60/70, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan retona blend 55 sebagai bahan pengikat lapisan permukaan jalan mempunyai
nilai parameter Marshall yang lebih
tinggi daripada penggunaan aspal pen 60/70 sebagai bahan pengikat permukaan
jalan.
SIMPULAN
Dengan komposisi agregat
dan aspal yang sama, kadar aspal optimum yang diperoleh aspal beton retona blend 55 ternyata lebih besar
dibandingkan dengan aspal pen 60/70. Dengan menggunakan campuran retona blend 55 diperoleh kadar aspal
optimum 6.45% dan kadar aspal optimum dengan menggunakan campuran aspal pen
60/70 adalah 6.15%.
Hasil nilai parameter marshall pada kadar aspal optimum dengan
menggunakan campuran retona blend 55
sebesar 6.45% menghasilkan density 2.44
gr/cm3, VIM sebesar 5%, VMA sebesar 15.49%, VFB sebesar 67.79%,
stabilitas sebesar 1155.91%, flow
sebesar 2.93 mm, dan Marshall Quentient sebesar
397.21 kg/mm. Sdangkan hasil nilai parameter marshall pada kadar aspal optimum dengan menggunakan campuran aspal
pen 60/70 didapatkan nilai 6.15% menghasilkan density 2.41 gr/cm3, VIM sebesar 7.10%, VMA sebesar
17.94%, VFB sebesar 60.50%, stabilitas sebesar 1040.15%, flow sebesar 3.98 mm, dan Marshall
Quentient sebesar 266.41 kg/mm.
SARAN
Untuk penelitian lebih lanjut,
disarankan untuk menambahkan benda uji untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat, melakukan uji permeabilitas untuk mengetahui rongga udara
dalam campuran dan pengujian durabilitas untuk mengetahui keawetan perkerasan,
melakukan analisis secara ekonomi tentang keuntungan dan kerugian dari
penggunaan asbuton pada perkerasan jalan dan perlu adanya konsistensi
pengaturan suhu dan waktu perendaman benda uji, karena hal tersebut cukup
berpengaruh terhadap hasil uji Marshall campuran.
DAFTAR
PUSTAKA
Alik Ansyori
Al., 2005, Model Korelasi Lama Perendaman Pada Campuran ATB (Asphalt Treated Base) Terhadap Stabilitas Marshall.
Lembaga Penelitian, Universitas Muhammadiyah Malang.
Nopiyanto. 2011. Karakteristik marshall menggunakan aspal retona
blend 55 dengan variasi waktu pengadukan campuran. Universitas Riau.
Putrowijoyo. Rian, 2006. Kajian
Laboratorium Sifat Marshall Dan Durabilitas Asphalt Concrete - Wearing Course
(AC-WC) Dengan Membandingkan Penggunaan Antara Semen Portland Dan Abu Batu
Sebagai Filler. Universitas
Diponegoro.
Santosa, Wimpy dan Basuki. 2004. Pengaruh
retona terhadap karakteristik aspal keras dan beton aspal campuran panas.
Bandung: Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan.
Spesifikasi
Umum. 2010. Dokumen Pelelangan Nasional
Penyediaan Pekerjaan Konstruksi.
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Subagdja,
A. 2009. Petunjuk Pedoman Kerja Pratikum
Laboratorium Uji Bahan. Lab Uji bahan Jurusan Teknik Sipil Polban: Bandung.
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran
Panas. Jakarta: Granit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar